Tuntutlah ilmu sebelum ilmu itu diangkat. Ilmu diangkat dengan meninggalnya para ulama. Orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu memiliki kedudukan yang sama dalam hal pahala. Sesungguhnya manusia itu hanya ada dua, orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu. Dan tidak ada kebaikan pada diri manusia yang selainnya.

(Abu Darda')

siapa saya?

My photo
hanya seorang insan yang ingin membersihkan diri ini dari segala dosa..andai saja air mata ini dapat membasuh segala dosaku,maka ku pohon padaMU ya Allah janganlah Engkau keringkan ia dari mengalir ke pipi..aku hanyalah hambaMu yang hina..yang mengharap pengampunan dariMu..yang mencari jalanMu..yang akhirnya pasti kembali padaMu..
gravatar

Jujur kerana takutkan Allah..

Khalifah Umar bin Khaththab
radhiallahu ‘anhu memiliki
kegemaran melakukan ronda
malam sendirian untuk melihat
langsung kondisi rakyatnya.
Sepanjang malam ia
memeriksa keadaan rakyatnya
secara langsung dari dekat.
Ketika melewati sebuah gubuk,
khalifah merasa curiga melihat
lampu yang masih menyala. Di
dalamnya terdengar suara
orang berbisik-bisik. Khalifah
Umar menghentikan
langkahnya. Ia penasaran ingin
tahu apa yang sedang mereka
bicarakan. Dari balik bilik
Khalifah Umar mengintipnya.
Tampaklah seorang ibu dan
anak perempuannya sedang
sibuk mewadahi susu.
“ Bu, kita hanya mendapat
beberapa kaleng hari ini,” kata
anak perempuan itu.
“ Mungkin karena musim
kemarau, air susu kambing kita
jadi sedikit. ”
“Benar anakku,” kata ibunya.
“Tapi jika padang rumput
mulai menghijau lagi pasti
kambing-kambing kita akan
gemuk. Kita bisa memerah
susu sangat banyak, ” harap
anaknya.
“ Hmm…, sejak ayahmu
meninggal penghasilan kita
sangat menurun. Bahkan dari
hari ke hari rasanya semakin
berat saja. Aku khawatir kita
akan kelaparan, ” kata ibunya.
Anak perempuan itu terdiam.
Tangannya sibuk
membereskan kaleng-kaleng
yang sudah terisi susu. “Nak,”
bisik ibunya seraya mendekat.
“ Kita campur saja susu itu
dengan air. Supaya
penghasilan kita cepat
bertambah. ”
Anak perempuan itu
tercengang. Ditatapnya wajah
ibu yang keriput. Ah, wajah iu
begitu lelah dan letih
menghadapi tekanan yang
amat berat. Ada rasa sayang
yang begitu besar di hatinya.
Namun, ia segera menolak
keinginan ibunya. “Tidak, Bu!”
katanya cepat. “Khalifah
melarang keras semua penjual
susu mencampur susu dengan
air. ” Ia teringat sanksi yang
akan dijatuhkan kepada siapa
saja yang berbuat curang
kepada pembeli.
“ Ah! Kenapa kau dengarkan
Khalifah itu? Setiap hari kita
selalu miskin dan tidak akan
berubah kalau tidak
melakukan sesuatu, ” gerutu
ibunya kesal.
“ Ibu, hanya karena kita ingin
mendapat keuntungan yang
besar, lalu kita berlaku curang
pada pembeli ?”
“Tapi tidak akan ada yang tahu
kita mencampur dengan air!
Tengah malam begini tak ada
yang berani keluar. Khalifah
Umar pun tidak akan tahu
perbuatan kita, ” kata ibunya
tetap memaksa. “Ayolah, Nak,
mumpung tengah malam. Tak
ada yang melihat kita !”
“Bu, meskipun tidak ada
seorang pun yang melihat dan
mengetahui kita mencampur
susu dengan air, tapi Allah
tetap melihat. Allah pasti
mengetahui segala perbuatan
kita serapi apapun kita
menyembunyikannya,” tegas
anak itu. Ibunya hanya
menarik nafas panjang.
Sungguh kecewa hatinya
mendengar anaknya tak mau
menuruti suruhannya. Namun,
jauh di lubuk hatinya ia begitu
kagum akan kejujuran
anaknya.
“ Aku tidak mau melakukan
ketidakjujuran pada waktu
ramai maupun sunyi. Aku
yakin, Allah tetap selalu
mengawasi apa yang kita
lakukan setiap saat, ” kata anak
itu. Tanpa berkata apa-apa,
ibunya pergi ke kamar.
Sedangkan anak
perempuannya menyelesaikan
pekerjaannya hingga beres. Di
luar bilik, Khalifah Umar
tersenyum kagum akan
kejujuran anak perempuan itu.
“ Sudah sepantasnya ia
mendapatkan hadiah!” gumam
Khalifah Umar. Dia beranjak
meninggalkan gubuk itu
kemudian ia cepat-cepat
pulang ke rumahnya.
***
Keesokan paginya, Khalifah
Umar memanggil putranya,
Ashim bin Umar.
Diceritakannya tentang gadis
jujur penjual susu itu.
“ Anakku menikahlah dengan
gadis itu. Ayah menyukai
kejujurannya, ” kata Khalifah
Umar. “Di zaman sekarang,
jarang sekali kita jumpai gadis
jujur seperti dia. Ia bukan takut
pada manusia. Tapi takut pada
Allah yang MahaMelihat. ”
Ashim bin Umar
menyetujuinya.
Beberapa hari kemudian Ashim
melamar gadis itu. Betapa
terkejut ibu dan anak
perempuan itu dengan
kedatangan putra khalifah.
Mereka mengkhawatirkan
akan ditangkap karena suatu
kesalahan.
“ Tuan saya dan anak saya
tidak pernah melakukan
kecurangan dalam menjual
susu. Tuan jangan tangkap
kami …,” sahut ibu tua
ketakutan.
Putra khalifah hanya
tersenyum. Lalu mengutarakan
maksud kedatangannya
hendak menyunting anak
gadisnya. “Bagaimana
mungkin? Tuan adalah
seorang putra khalifah, tidak
selayaknya menikahi gadis
miskin seperti anakku ?” tanya
ibu dengan perasaan ragu.
“ Khalifah adalah orang yang
tidak membedakan manusia.
Sebab, hanya ketakwaanlah
yang meninggikan derajat
seseorang di sisi Allah, ” kata
Ashim sambil tersenyum.
“ Ya. Aku lihat anakmu sangat
jujur,” kata Khalifah Umar.
Anak gadis itu saling
berpandangan dengan ibunya.
Bagaimana khlaifah tahu?
Bukankah selama ini ia belum
pernah mengenal mereka.
“ Setiap malam aku suka
berkeliling memeriksa
rakyatku. Malam itu aku
mendengar pembicaraan
kalian …,” jelas Khalifah Umar.
Ibu itu bahagia sekali. Khalifah
Umar ternyata sangat
bijaksana dengan menilai
seseorang bukan dari
kekayaan tapi dari
kejujurannya. Sesudah Ashim
menikah dnegan gadis itu,
kehidupan mereka sangat
bahagia dan membahagiakan
kedua orangtuanya dengan
penuh kasih sayang. Beberapa
tahun kemudian mereka
dikaruniai anak dan cucu yang
kelak menjadi orang besar dan
memimpin bangsa Arab, yakni
Umar bin Abdul Aziz.
Bagi temen-temen yang ingin
membalas atau
mendiskusikanya di forum
diskusi, silahkan klik link ini,
http://www.facebook.com/
topic.php?
topic=14313&uid=1182865810

60#!/
topic.php?
uid=118286581060&topic=14313

Islamic Hijri Calendar

Followers

leave ur comments here ^_^

visit me on Facebook ^_^

Popular Posts Last 7 days

Popular Posts All Time

Archive